This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 25 Juli 2012

SEKILAS PERBEDAAN AL-QUR'AN DENGAN HADITS QUDSY DAN JUGA HADITS NABAWWI

Assalamualaikum wrwb..sering kita mendengar tentang hadits qudsy,kalamuLloh dan juga Hadits Nabawwi berikut ini akan kami ketengahkan devinisi dan juga perbedaan diantara ketiganya, tentu saja dengan segala keterbatasan ilmu dan juga referensi yang kami miliki,apabila terdapat kesalaha mohon untuk dikoreksi dan dibenarkan... Hadits Qudsy adalah hadits yang disnisbatkan kepada Zat yang quds (suci), yaitu Allah Ta’ala. Yang mana hadits qudsi ini disampaikan kepada kita oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun perbedaan antara dia dengan Al-Qur’an, maka ada beberapa perkara yang disebutkan oleh para ulama. Di antaranya:
1.    Lafazh dan makna Al-Qur’an berasal dari Allah, sementara lafazh hadis Qudsi berasal dari Rasulullah–Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam walaupun tentunya maknanya dari Allah.
2.    Sanad periwayatan Al-Qur’an secara umum adalah mutawatir, yakni bisa dipastikan keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam-. Berbeda halnya dengan hadits qudsi, karena di antaranya ada yang merupakan hadits shahih, ada yang hasan, ada yang lemah, bahkan ada yang palsu. Jadi keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- belum bisa dipastikan kecuali setelah memeriksa semua sanadnya.
3.    Kita berta’abbud (beribadah) kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an, dalam artian satu huruf mendapatkan sepuluh kebaikan. Sedangkan membaca hadits qudsi tidak mendapatkan pahala huruf perhuruf seperti itu.
4.    Tidak diperbolehkan membaca hadits qudsi di dalam shalat, bahkan shalatnya batal kalau dia membacanya. Berbeda halnya dengan membaca Al-Qur`an yang merupakan inti dari shalat.
5.    Ayat Al-Qur`an jumlahnya kurang lebih 6666 ayat (menurut hitungan sebagian ulama dan sebagian lainnya berpendapat jumlahnya 6.236), sementara jumlah hadits qudsi yang shahih tidak sebanyak itu. Abdur Rauf Al-Munawi sendiri dalam kitabnya Al-Ittihafat As-Saniyah bi Al-Ahaditsi Al-Qudsiyah hanya menyebutkan 272 hadits.
Demikian beberapa perbedaan antara keduanya, wallahu Ta’ala a’lam.

DEFINISI HADITS QUDSI

 Definisi
Qusi menurut bahasa dinisbatkan pada “Qudus” yang artinya suci.Yaitu sebuah penisbatan yang menunjukkan adanya pengagungan dan pemuliaan, atau penyandaran kepada Dzat Allah Yang Maha Suci. Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adalah apa yang disandarkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dari perkataan-perkataan beliau kepada Allah ta’ala.
Bentuk-Bentuk Periwayatan
Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
Pertama, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”. Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar radliyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya Allah berfirman :
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di antara kalian”.
Kedua, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”. Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.  
Perbedaan Antara Hadits Qudsi dengan Al-Qur’an
  • Al-Qur’an itu lafadh dan maknanya dari Allah, sedangkan hadits qudsi maknanya dari Allah dan lafadhnya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
  • Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah dan mendapatkan pahala, sedangkan membaca hadits qudsi bukanlah termasuk ibadah dan tidak mendapat pahala.
  • Disyaratkan mutawatir dalam periwayatan Al-Qur’an, sedangkan dalam hadits qudsi tidak disyaratkan mutawatir.
  Perbedaan Antara Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi
Hadits Nabawi disandarkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan diceritakan oleh beliau, sedangkan hadits qudsi disandarkan kepada Allah kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan dan meriwayatkannya dari Allah. Oleh karena itu diikat dengan sebutan Hadits Qudsi.
Ada yang berpendapat bahwa dinamakan Hadits Qudsi karena penisbatannya kepada Allah Yang Maha Suci. Sementara Hadits Nabawi disebut demikian karena dinisbatkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Hadits Qudsi jumlahnya sedikit. referensi [Al-Ittihafaat As-Sunniyyah bil-Hadiits Al-Qudsiyyah  karya Abdur-Ra'uf Al-Munawi (103 H) yang berisi 272 hadits.] Romadlon 2012

Senin, 12 Maret 2012

AR-RAZI: ILMUWAN MUSLIM DAN BAPAK CACAR DUNIA

Ar-Razi / RAZHES

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia:أبوبكر الرازي) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.

Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.

Biografi

Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.

Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.

Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.

Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.

Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.

Kontribusi

Bidang Kedokteran= Cacar dan campak


Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:

"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."

Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."

Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini.

Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."


Alergi dan demam

Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.

Farmasi

Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.

Etika kedokteran

Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.

Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Buku-buku Ar-Razi pada bidang kedokteran

Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku:
* Hidup yang Luhur (Arab: الحاوي).
* Petunjuk kedokteran untuk masyarakat umum (Arab:من لا يحضره الطبيب)
* Keraguan pada Galen
* Penyakit pada anak.OLeh Syukron Masyhuri

HUKUM DAN FUNGSI ZIARAH QUBUR




HUKUM DAN FUNGSI ZIARAH KUBUR:
=======================

Hukum ziarah kubur termasuk sunnah Nabi saw dan mempunyai beberapa fungsi , sebagaimana diterangkan di dalam kitab " فيض القدير شرح الجامع الصغير من أحاديث البشير النذير " (Faidul Qadir Syarhul Jami'ish Shagir min Ahaditsil Basyirin Nadzir) karya Syeikh Muhammad Abdur Ra'uf Al-Munawi jilid 4 halaman 67, cetakan Dar el-Fikar dalam menjelaskan maksud hadits: زوروا القبور فانها تذكركم لأخرة (Barziarahlah kalian ke makam-makam !. Karena, ziarah itu dapat mengingatkan kalian ke akherat: HR Abu Hurairah), yang artinya sebagai berikut:

1. Dapat mengingat mati.
2. Dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan maksiat.
3. Dapat melemaskan hati seseorang yang mempunyai hati yang keras.
4. Dapat menghilangkan kegembiraan dunia (sehingga lupa akan kehidupan akherat).
5. Dapat meringankan musibah (bencana).
6. Dapat menolak kotoran hati.
7. Dapat mengukuhkan hati, sehingga tidak terpengaruh dari ajakan-ajakan yang dapat menimbulkan dosa.
8. Dapat merasakan bagaimana keadaan seseorang itu ketika akan menghadapi ajalnya (sakaratul maut).

Sabtu, 10 Maret 2012

KATIB CELEBI: ILMUWAN MUSLIM TERKEMUKA DI ABAD 17M

E-mail Cetak PDF
Kontribusinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan mendapat pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), badan PBB yang menangani pendidian, ilmu pengetahuan dan budaya. Meski telah wafat empat abad silam, kiprah dan dedikasi ilmuwan Muslim di era Kekhalifahan Turki Usmani itu masih tetap diakui dan dikenang.

Sang ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-17 M itu biasa dipanggil Katip Celebi. Sejatinya, ia bernama Mustafa bin Abdallah. Katip merupakan geografer dan sejarawan agung yang dimiliki Kekahlifahan Turki Usmani di masa kejayaaannya. Selain dikenal dengan nama  Katip Celebi, saintis Muslim itu juga kerap disapa Hajji Khalifa.

Katip terlahir di Istanbul, Turki pada  1609 M. Sejak kecil, Katip dikenal berotak encer. Di madrasah tempatnya menimba ilmu, Katip merupakan siswa yang cukup menonjol. Ia pun tak puas hanya menimba ilmu di madrasah. Untuk memuskan rasa ingin tahunya yang sangat besar, Katip juga meminta tambahan waktu belajar dari para gurunya dan sering berlatih sendiri.

Ayahnya adalah seorang prajurit di Kekhalifahan Turki Usmani. Katip pun sempat bergabung menjadi anggota militer selama 10 tahun. Ia sempat ikut bertempur besama ayahnya  melawan Abaza Pasa dari Erzurum pada 1634.  Dia juga terlibat dalam ekspansi penaklukkan kota Baghdad, Irak.

Dalam tugas menguasai bekas ibukota pemerintahan kekhalifahan Abbasiyah itu, sang ayah dan paman wafat dalam perjalanan kembali dari Baghdad. Setelah pensiun dari militer, Katip juga pernah menjabat sebagai kepala akuntan pada masa Kalifah kedua Kekhalifahan Turki Usmani.

Meski berkarir di  pemerintahan, dia masih memiliki waktu untuk belajar dan menulis beberapa ensiklopedia yang penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kontemplasi yang sering dilakukannya, Katip menyadari bahwa dunia Islam dari waktu ke waktu semakin menyempit.

Katip pun merasa aktivitas intelektual di dunia Muslim akan semakin surut, sejak dikekangnya para intelektual, sejak abad ke-13 M. Ia gundah menyaksikan madrasah menutup diri dan tidak memberikan pelajaran geografi. Akibatnya dunia Islam semakin menyempit. Padahal kesuksesan politik itu harus didukung oleh perkembangan dan kemampuan intelektual.

Kondisi itu membuatnya tergerak untuk mempelajari geografi. Katip melihat penemuan ilmiah di negara-negara Barat telah berhasil memperkuat pertahanan negaraitu dan membahayakan Kesultanan Turki Usmani. Dia melihat bagaimana imperialisme berkembang bagitu pesat di Barat. Katip pun dengan lantang mengingatkan pentingnya seorang pemimpin negara menguasai dan memahami ilmu geografi."Meskipun sulit untuk mengetahui seluruh permukaan bumi, setidaknya seorang pemimpin negara harus tahu bentuk dan wilayah Turki Usmani,'' papar Katip.

Selain itu, papar dia, seorang pemimpin juga harus tahu perbatasan-perbatasan wilayah Kekhalifahan Turki Usmani dengan negara-negara tetangganya. ''Sehingga, jika suatu saat kita harus berperang dan mempertahankan kedaulatan wilayah, kita tahu di mana harus mengirim tentara. Ini merupakan satu-satunya cara untuk masuk ke provinsi musuh dan mempertahankan batas-batas negara kita,"  tuturnya.

Dia juga mengatakan, seorang pemimpin tidak perlu berkonsultasi kepada orang yang tidak peduli dengan ilmu pengetahuan, meskipun mereka penduduk dalam negeri. Pasalnya, banyak penduduk di Turki Usmani yang tak tahu dan bisa menggambarkan negaranya dengan baik.

Pandangan Katip itu membuktikan bahwa geografi merupakan ilmu yang harus dipelajari, termasuk di dalam madrasah. Sebagaimana seorang ilmuwan, Katip tidak hanya menulis tentang agama dan budaya Islam. Dia ingin melihat seluruh sisi dunia di mana dia hidup. Ia juga tertarik dengan hampir semua disiplin ilmu seperti historiografi, geografi, filsafat serta astronomi.

Ia juga mengauasi hukum Islam hingga Tafsir Alquran serta sufisme dan literatur. Sebagai seorang pemikir agung di zamannya, Katip sangat tertarik dengan  ilmu pengetahuan, terutama yang berkembang di negara-negara Barat. Sehingga, dia sering mencari dan mempelajari naskah-naskah yang bersumber dari Latin dan Yunani. Tak heran, jika ia menguasai kedua bahasa itu.

Katip  pun dikenal sebagai cendekiawan  besar yang selalu berusaha memiliki pengetahuan global secara komprehensif,  tentang apa yang sedang terjadi di bumi. Berbeda dengan para pemikir dan penulis Islam lainnya, Katip selalu berusaha untuk mengetahui sejarah dunia secara benar dan menyeluruh.

Seperti bagaimana kronologi terjadinya sebuah peristiwa, kapan, dan di mana. Bahkan dia berusaha mencari keuntungan setelah bermitra dengan Ihlasi Mehmed Efendi yang mampu berbahasa Latin dan bahasa negara-negara Barat lainnya.

Katip  juga sangat antusias menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari Barat ke bahasa Turki. Dia tidak pernah ragu dalam melakukan penerjemahan meskipun hasil terjemahannya kadang-kadang tidak begitu sesuai dengan buku-buku tersebut.

Namun setidaknya dia telah berusaha dengan keras untuk menyumbangkan ilmu pengetahuan kepada dunia Islam. Meski demikian dalam kesempatan lainnya dia juga terus berusaha memperbaiki terjemahan buku-bukunya.

Dalam bukunya, dia pernah menulis nama Mehmed menjadi Muhammed, Maomet, atau Meomet. Dia juga menyebut nama Umar menurut lafal Turki menjadi Ovmer, tidak seperti lafal Arab. Selain itu, dia menyebut negara Palestina sesuai dengan lafal Latin yaitu Falestiya. Nama Selahaddin juga disebut sebagai Saladinus, nama Musa juga disebut dengan Moizes, Mustafa Juga disebut Muvstefa. Dalam melakukan penerjemahan, Katip cenderung tidak konsisten. Tetapi ketika dia memasukkan hasil terjemahan buku-buku Barat ini ke dalam karyanya sendiri, dia berusaha menuliskannya dengan benar.

Bagaimanapun juga, pengetahuan dan karya-karya Katip yang memuat pengetahuannya tentang sejarah, geografi dan bibliografi  telah memberikan informasi yang sangat penting bagi peradaban Islam di Era Turki Usmani.

Sehingga reputasi Katip sangat dikenal dengan baik di seluruh wilayah Kekhalifahan Turki Usmani serta negara-negara Barat. Dia mendapatkan begitu banyak apresiasi baik dari negara-negara Timur maupun Barat. Sang ilmuwan tutup usia pada Oktober 1657 M, ketika menyeruput secangkir kopi. Pada 2007, UNESCO memperingati hari kelahirannya yang ke-400.


Adikarya Sang Cendekiawan


Sepanjang hidupnya, Katip Celebi telah menulis sederet buku yang sangat penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Berikut ini beberapa karya besar yang ditulis sang cendekiawan dari abad ke-17 M itu.

* Jihannuma (Penampakan Dunia)
Buku ini mengkaji dan membahas keadaan geografi dan penduduknya di Kekhalifahan Turki Usman yang sangat luas.

* Lawami al-Nur ( Pembiasan Cahaya)
Buku ini dikerjakan Katip bersama kawannya Mehmed Ihlas Efendi dan diterjemahkan dari Atlas Minor karya G. Mercator-J. Hondius. Karya ini meliputi kondisi geografi negara-negara di Eropa.

* Muntahab-i BahriyeBuku ini dikerjakan Katip saat melakukan ekspedisi militer ke Pulau Kreta. Buku tersebut ditulis dalam rangka memahami keadaan  wilayah Mediterania.

* Fazlakat al-Tawarih ( Rangkuman Sejarah)Buku ini berisi sejarah umum dunia Islam mencakup periode ketika alam semesta diciptakan.

* Fazlaka ( Rangkuman )
Buku ini mengungkap sejarah Khalifah  TurkiUsmani antara 1592 hingga 1655 M.

* Takvim al-Tawarih (Almanak Sejarah)
Buku ini berisi rangkaian kejadian yang disusun secara kronologis sejak zaman Nabi Adam sampai tahun 1648 M. Karya ini sudah ditejemahkan ke dalam bahasa Latin, Italia dan Prancis.

* Tuhfat al-Kibar fi Asfar al-Bihâr ( Hadiah untuk yang agung dalam ekspedisi militer angkatan laut).
Karya ini ditulis untuk menghilangkan pandangan negatif terhadap angkatan laut setelah kegagalannya menaklukkan Pulau Kreta. Selain itu, karya ini juga dibuat untuk mengingatkan kejayaan angkatan laut mereka di masa lalu serta memberikan informasi guna memperkuat angkatan laut kekhalifahan.

* Irshad al-hiyara ila tarah al-Yunan wa al-Rum wa al-Nasara (Panduan terbaik sejarah Yunani, Bizantium dan Orang Kristen).
Buku ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada kekhalifahan Utsmani tentang agama orang-orang Barat termasuk kehidupan sosial dan politiknya.

* Tarih Kostantiniyya wa Kayasira ( Sejarah Istanbul dan Para Kaisar)

Buku ini ditulis Katip untuk menjelaskan tentang Istanbul. Buku ini juga meliputi penyebaran Islam, runtuhnya Bulgaria, Bizantium, Seljuk, Perang Salib, kanal-kanal, serta peristiwa kebakaran di Istanbul. Dalam karyanya berjudul Muluk-i Kuffar Tarihi ( Sejarah Raja-raja Orang Kafir ), dia menerjemahkan sebagian buku sejarah Eropa berjudul Chronik karya Johann Carion.

* Tuhfat al-Ahyar fi al-Hikam wa al-Amsal wa al-Ash'ar ( Hadiah istimewa dari kata-kata bijak, kata-kata mutiara dan puisi)Buku ini merupakan kamus yang disusun secara ensiklopedia berisi humor, filsafat , legenda, dunia satwa, anekdot, juga mutiara kehidupan.

* Kashf al-Zunun (Pengungkapan Asumsi).Buku ini berisi informasi mengenai bibliografi dunia Islam. Buku ini, dikerjakan oleh Katip selama dua puluh tahun. Selain itu dia juga menulis Sullam al-Wusul ila Tabakat al-Fuhul (Makna keberhasilan bagi orang-orang terbaik) yang berisi tentang biografi pengarang-pengarang buku yang menginspirasi karya-karyanya.(rpb)syukron Masyhuri

ILMUWAN MUSLIM YANG MULTI TALENTA DAN MELEGENDA


Al-Farabi
Al-Farabi
Al-Farabi merupakan salah satu ilmuwan Islam, beliau juga dikenal sebagai: fisikawan, kimiawan, filsuf, ahli ilmu logika, ilmu jiwa, metafisika, politik, musik, dll.
Al-Farabi lahir di Farab, tahun 257 H / 870 M dan wafat di Haleb (Aleppo) pada tahun 339 H / 950 M. Nama lengkapnya Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag Al-Farabi. Filsuf muslim terkemuka pada zamannya yang sukar dicari padanannya.
Dimasa kecil, ia yang dikenal rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas, belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Parsi di kota kelahirannya, Farab. Setelah besar al-Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal selama 20 tahun. Di Baghdad ia memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dll. Dari Baghdad Al-Farabi kemudian pindah ke Harran (Iran). Disana ia mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa ahli diantaranya Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad.
Selama di Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan menulis. Hasil karyanya diantaranya buku tentang ilmu logika, fisika, ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik, dll. Tapi kebanyakan karya–karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab telah hilang dari peredaran. Sekarang yang masih tersisa diperkirakan hanya sekitar 30 buah. Diantara karya–karyanya antara lain :
  1. Agrad al Kitab ma Ba’da Tabi’ah  (Intisari Buku Metafisika)
  2. Al–Jam’u Baina Ra’yai al–Hakimaini (Mempertemukan dua pendapat Filusuf : Plato dan Aristoteles)
  3. ‘Uyun al Masa’il ( Pokok – pokok persoalan )
  4. Ara’u Ahl al–Madinah (Pikiran – pikiran Penduduk Kota)
  5. Ihsa’ al– ‘Ulum (Statistik Ilmu)
Ketika pergolakan politik di Baghdad memuncak pada tahun 330 H/941 M, al–Farabi merantau ke Haleb (Aleppo), disana ia mendapat perlakuan istimewa dari sultan Dinasti Hamdani yang berkuasa ketika itu, yakni Saifuddawlah. Karena perlakuan baiknya maka al-Farabi tetap tinggal di sana sampai akhir hayatnya.
Jasa Al-Farabi bagi perkembangan ilmu filsafat pada umumnya dan filsafat Islam pada khususnya sangat besar. Menurut berbagai sumber, ia menguasai 70 jenis bahasa dunia, karena itulah al – Farabi dikenal menguasai banyak cabang keilmuan.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, keahliannya yang paling menonjol ialah dalam ilmu *mantik (logika). Kepiawaiannya dibidang ini jauh melebihi gurunya, Aristoteles. Menurut al– Ahwani, pengarang al–Falsafah al– Islamiyyah, besar kemungkinan gelar “Guru Kedua” (al-Mu’allim as–Sani) yang disandang al-Farabi diberikan orang karena kemashurannya dalam bidang ilmu mantik. Dialah orang yang pertama memasukkan ilmu logika kedalam kebudayaan Arab, sebagaimana Aristoteles yang dijuluki “Guru Pertama” (al – Mu’allim al – Awwal) karena dialah yang pertama kali menemukan ilmu logika dengan melatakkan dasar – dasarnya.
Dibidang filsafat, Al-Farabi tergolong ke dalam kelompok filusuf kemanusiaan. Ia lebih mementingkan soal–soal kemanusiaan seperti akhlak (etika), kehidupan intelektual, politik, dan seni.
Filsafat Al-Farabi sebenarnya merupakan campuran antara filsafat Aristoteles dan Neo–Platonisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran Syiah Imamiah. Dalam soal ilmu mantik dan filsafat fisika, umpamanya ; ia mengikuti pemikiran–pemikiran Aristoteles, sedangkan dalam lapangan metafisika al–Farabi mengikuti jejak Plotinus (205 – 270), seorang tokoh utama Neoplatonisme.
Al-Farabi berkeyakinan penuh bahwa antara agama dan filsafat tidak terdapat pertentangan karena sama – sama membawa kepada kebenaran. Namun demikian, ia tetap berhati – hati atau bahkan khawatir kalau – kalau filsafat itu membuat iman seorang menjadi rusak, dan oleh karena itu ia berpendapat seyogianya disamping dirumuskan dengan bahasa yang samar – samar, filsafat juga hendaknya jangan sampai bocor ke tangan orang awam.
Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya tentang emanasi (al-faid), yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut – urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yang wajib al wujud (Tuhan). Menurut nya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala sesuatu, menurut al-Farabi, keluar (memancar) dari Tuhan karena Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik – baiknya. Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya.
Bagaimana cara emanasi itu terjadi? Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu benar – benar Esa sama sekali. karena itu, yang keluar dari pada – Nya juga tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya emanasi ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal – yang   timbul dari Tuhan – terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan.
Selain filsafat emanasi, Al-Farabi juga terkenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik kenegaraannya. Dalam hal filsafat kenabian, al-Farabi disebut – sebut sebagai filusuf pertama yang membahas soal kenabian secara lengkap. Al-Farabi berkesimpulan bahwa para nabi / rasul maupun para flusuf sama – sama dapat berkomunikasi dengan akal Fa’’al, yakni akan ke sepuluh (malaikat). Perbedaannya, komunikasi nabi / rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat, sedangkan para filusuf berkomunikasi dengan akal kesepuluh melalui akal Mustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada diluar diri manusia.
Dalam hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima macam:
  1. Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filusuf;
  2. Negara orang – orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
  3. Negara orang – orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Fa’alal-madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh;seperti penduduk utama (
  4. Negara yang berubah – ubah (al-madinah almutabaddilah), ialah negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki negra utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
  5. Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akal Fa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.Syukron Masyhuri

AZZAHRAWI: BAPAK BEDAH DUNIA

"Bapa Pembedahan"
10.03.2012
Oleh Syukron Masyhuri

Beliau adalah Abu Al-Qasim Khalaf bin Abbas Az-Zahrawi Al-Anshari atau dipanggil dengan nama Az-Zahrawi kerana dilahirkan dikota Az-Zahra iaitu sebuah kota di pinggiran Qordova iaitu ketika menjadi pusat pemerintahan Khalifah dinasti Umawiyyah di Andalusia.

Abu Al-Qasim Az-Zahrawi telah dilahirkan pada tahun 325H (937M) setelah kota ini dibangunkan pada masa pemerintahan Khalifah Umawiyyah, Abdurrahman An-Nashir.

Selain dengan gelaran Az-Zahrawi, beliau juga dipanggil Al-Anshari, kerana nenek moyangnya berasal dari Madinah Al-Munawwarah. Dalam bahasa Latin dan bahasa Eropah pada umumnya, nama Az-Zahrawi telah diubah menjadi Alzahravius. Sedangkan julukannya, Abu Al-Qasim, telah diubah ke dalam dua versi, iaitu Albucasis dan Abulcasis di mana kedua nama ini sehingga kini dikenali di Eropah.

Abu Al-Qasim Az-Zahrawi adalah ilmuan Arab dan muslim terbesar dalam bidang pembedahan. Beliau dikenali sebagai ahli bedah terbesar di dunia hingga masa kebangkitan Eropah kerana beliau merupakan pelopor pertama dalam berbagai cabang ilmu bedah dan seninya, serta banyak menemukan berbagai peralatan bedah. Oleh kerana itu, beliau wajar mendapat gelaran bapa pembedahan dalam sejarah kedoktoran.


Ada beberapa sebahagian sumber menyebutkan bahawa Az-Zahrawi bekerja sebagai doktor di istana Abdurrahman An-Nashir. Namun pendapat ini sangat jauh, kerana Abdurrahman bin An-Nashir wafat pada tahun 350H (961M), sedangkan umur Az-Zahrawi pada saat itu masih 25 tahun. Yang benar adalah bahawa dia memang bekerja sebagai doktor di istana, tetapi iaitu di masa khalifah Al-Hakam Al-Mustanshir bin Abdurrahman An-Nashir.

Dalam tatacara pembedahan, beliau menemui berbagai macam ubat-ubatan untuk pembedahan yang sesuai dengan berbagai tujuan pembedahan dan peralatannya seperti gunting, pengikat, alat pelebar, dan baju pelindung daripada besi dengan pelbagai ukuran.

Di dalam karyanya yang berjudul “At-Tashrif” terdapat berbagai-bagai cara dan pelbagai gambar yang menjelaskan tentang alat-alat itu. Di antaranya terdapat alat pelebar untuk mengatasi tertutupnya lubang kencing pada anak yang baru dilahirkan.

Az-Zahrawi juga menjelaskan beberapa kaedah untuk menolong kelahiran yang hingga kini masih dipakai dengan mengeluarkan janin dengan alat-alat khusus.

Beliau juga banyak menemui cara-cara pembedahan dan merupakan orang yang pertama mengikat urat nadi dan pembuluh darah dengan benang sutera untuk mengatasi keluarnya darah ketika sedang melakukan pembedahan, sebagaimana dia menemui cara menjahit luka atau bedah dengan dua jarum dan satu benang. Malah beliau juga telah menggunakan benang yang diperbuat daripada usus binatang (Catgut) dalam menjahit usus manusia.

Az-Zahrawi juga adalah orang yang pertama menemui cara mengeluarkan penampukan zat kapur pada saluran kencing. Dalam bukunya “At-Stashrif” dia menasihatkan kepada para ahli bedah agar melakukan pembedahan dengan cara yang sesuai untuk mengeluarkan tompokan zat kapur yang telah menjadi batu, dan dipecahkan dengan kempa (apitan), lalu dikeluarkan sepotong demi sepotong. Beliau juga telah menemui cara mengeluarkan tompokan zat kapur yang telah menjadi batu melalui alat kelamin pada perempuan.


Az-Zahrawi dikenali dengan memiliki keistimewaan dan pengalaman yang banyak dalam mencampur dan menggunakan ubatan, hingga dapat diperolehi dalam bukunya yang berjudul “At-Tashrif.” Malah dalam bukunya itu terdapat banyak pembahasan iaitu daripada tiga puluh artikel yang ada di dalamnya yang membahaskan secara teliti mengenai ubat-ubatan dan pelbagai permasalahan pembedahan.

Beliau turut diakui oleh pelbagai ilmuan yang lain sebagai ilmuan yang tiada tolok bandingnya dalam ilmu perubatan. Dalam hal ini, Ibnu Abu Ushaibi’ah dalam bukunya, “ Uyun Al-Anba’, “ mengatakan, “Az-Zahrawi adalah seorang doktor yang terkemuka dan berpengalaman dalam mengolah ubat-ubatan baik yang tunggal mahu pun yang dicampur, dan pengubatannya sangat efektif dan berkesan kepada pesakit.

Karyanya yang terkenal dalam ilmu perubatan telah diabadikan dalam kitabnya yang berjudul “ At-Tashrif liman ‘Ajiza ‘an At-Ta’lif” iaitu merupakan ensiklopedia kedoktoran yang lengkap dan ditulis oleh Az-Zahrawi yang meliputi semua cabang kedoktoran, sehingga orang yang telah membaca buku ini tidak perlu lagi membaca buku perubatan yang lain.

Selain itu, Az-Zahrawi juga turut berjaya mengubati ganguan pada gusi dan memperbaiki gigi dengan alat-alat operasi yang ditemukannya sendiri. Beliau juga merupakan orang yang pertama menggunakan sambungan gigi yang diperbuat daripada emas dan perak serta alat penekan mulut.

Beliau juga telah banyak memberikan jasa dan nasihat kepada para ahli bedah yang lain iaitu dengan mempelajari ilmu anatomi terutama apabila melakukan pembedahan dengan membuat latihan sebelum mempraktikannya. Di samping itu juga, mereka juga harus mengetahui kedudukan dan keadaan tulang, urat dan otot serta tempat dan hubungan antara satu dengan yang lain.

Menurut riwayat seorang sejarawan Al-Hasan Al-Wazzan, Az Zahrawi telah meninggal dunia pada tahun 404 H atau 1013 Masihi.

JABIR IBNU HAYYAN" ILMUWAN MUSLIM TENTANG KIMIA DAN AHLI PRAKTIK MEDIS DAN ILMU KEDOKTERAN

Kamis, 5 Mei 2011, 8:22 | Pendidikan, Profil Ulama | 1 Comment | Read 148 Times
Tanbihun – Beliau mempunyai nama lengkap Abu Musa Jabir ibn Hayyan. Di daratan Eropa dan barat, beliau lebih dikenal dengan nama Geber. Jabir ibn Hayyan dilahirkan di Tus, Iran pada tahun 721 M dan meninggal di Kufah, Iraq tahun 815 M. Beberapa guru yang telah mendidik beliau diantaranya adalah Imam Ja`far Sadiq dan Khalifah Khalid ibn Yazid Bani Umayyah. Beliau masyhur dalam sejarah Islam dan barat sebagai ”bapak kimia” dan ahli praktik medis dan ilmu kedokteran.
Peran terbesar Jabir ibn Hayyan di bidang kimia adalah dengan memperkenalkan sebuah metode baru ”pendekatan ekperimen” dan laboratorium sebagai tempat eksperimen. Melalui metode ini, beliau telah mengubah ”ilmu kimia klasik” menjadi ilmu kimia modern. Terkait dengan peran penting eksperimen, ibn Hayyan berkata ”hal pertama yang paling penting dalam kimia adalah anda harus melakukan kerja praktik dan eksperimen. Seorang ilmuwan yang tidak melakukan kerja praktik atau eksperimen, maka dia tidak akan pernah mencapai puncak profesionalitas dalam bidangnya. Wahai anakku, lakukan eksperimen sehingga kamu akan menyerap dan menguasai ilmu pengetahuan secara sempurna. Seorang ilmuwan mencapai titik kesenangan dan kepuasan bukan karena melimpahnya kekayaan yang dimiliki, namun ilmuwan mencapai puncak kebahagiaannya karena cerdas dalam metode eksperimennya.”
Jabir ibn Hayyan telah mencurahkan usahanya untuk mengembangkan metode-metode dasar dalam ilmu kimia dan mempelajari berbagai mekanisme reaksi kimia. Dengan usahanya tersebut, beliau telah memberi sumbangan besar terhadap evolusi ilmu kimia menjadi ilmu kimia modern. Jabir juga menekankan bahwa kuantitas berbagai jenis bahan tertentu terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa beliau telah membuka jalan dalam meletakkan dasar hukum konstanta keseimbangan.
Beberapa prestasi besar di bidang kimia yang dilahirkan oleh Jabir ibn Hayyan adalah penemuan mineral dan berbagai senyawa-senyawa asam. Selain itu, beliau juga telah mengembangkan aplikasi proses kimia, yang kemudian menjadi pionir di bidang aplikasi sains. Hasil pengembangan aplikasi proses kimia diantaranya adalah preparasi beberapa metal, pengembangan baja, penggunaan manganese dioksida dalam pembuatan gelas, pencegahan karat, penulisan karakter di logam emas, identifikasi paints, grease dan lain-lain. Selain itu, beliau juga mengembangkan aqua regia untuk melarutkan emas. Kontribusi lain yang dihasilkan beliau diantaranya adalah dengan memberikan sumbangan teknik-teknik saintifik seperti kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan, dan pengembangan beberapa instrumen dan peralatan eksperimen yang berkaitan dengan berbagai teknik tersebut. Jabir ibn Hayyan telah menyumbangkan penemuan dan pengembangan beberapa instrumentasi laboratorium yang masih digunakan sampai hari ini seperti gelas alembic yang digunakan untuk proses distilasi menjadi lebih mudah, aman dan efisien. Melalui distilasi dari berbagai garam dengan asam sulfur, beliau telah menemukan asam hidroklorik dan asam nitrat. Beliau juga telah sukses membuat skala yang mempunyai ketelitian sangat tinggi sekitar 1/6480 kilogram.syukron masyhuri
Gambar 2. Serangkaian kinerja Jabir ibn Hayyan tentang woodcuts of chemical dan perangkat penyulingan, (a)Sublimasi di Athanor, (b) Fiksasi dan sublimasi, (c) Descension furnace, (d) distilasi, (e) kalsinasi, (f) tempat air (water bath), (g) penampungan, dan (h) fiksasi dan sublimasi (sumber: http://www.alchemywebsite.com/bookshop/prints_series_geber.html)

Berdasarkan pada sifat-sifatnya, beliau mengkategorikan material menjadi 3 bagian. Yakni, material yang menguap oleh panas seperti arsen dan ammonia chlorida. Kedua, material bahan metal seperti emas, perak, lead (Pb), tembaga dan besi. Dan yang ketiga adalah compound (senyawa) yang bisa diubah ke serbuk. Beliau kemudian menklasifikasi semua material tersebut menjadi tiga jenis yaitu metal, non-metal dan bahan yang mudah menguap (volatile substance).
Jabir telah menulis lebih dari 100 risalah yang terdiri atas berbagai bidang ilmu pengetahuan yang 22 diantaranya adalah tentang ilmu Kimia (Alkemi). Beberapa karya beliau di bidang kimia diantaranya Kitab al Kimya dan Kitab al-Sabeen yang banyak diterjemahkan ke bahasa latin dan bahasa eropa lainnya. Kitab Alkhawwas al-kabir (the great book of chemical properties) yang berisi tentang karakteristik kimia), Kitab Almawazin yang berisi tentang berat dan pengukuran (weights dan measures), Kitab Al-Mizaj yang berisi tentang kombinasi kimia (chemical combination), dan Kitab Al-Asbagh yang berisi tentang bahan-bahan celupan (dyes). Terjemahan kitab-kitab tersebut berpengaruh besar terhadap evolusi kimia modern di wilayah benua Eropa.
Selain di bidang ilmu kimia, Jabir ibn Hayyan juga telah memberikan kontribusi penting untuk bidang ilmu kedokteran, astronomi, dan ilmu-ilmu lainnya. Sayangnya, hanya sedikit dari buku-bukunya telah disunting dan diterbitkan, dan lebih sedikit lagi yang tersedia dalam terjemahan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More