Kemunculannya menjadi sorotan kolonialis Belanda dan sangat menghawatirkan langkah-langkah K.H. Achmad Dahlan dengan organisasinya. Sehingga beliau jadi target untuk dibunuh dengan mengirimkan beberapa pemuda pribumi. Namun karena banyaknya jamaah waktu itu, KH AHmad Dahlan sulit didekati. Maka Belanda membuat strategi baru untuk menyusup di organisasi Muhammadiyah.
Dididiklah seorang pemuda dari sumatera (Aceh) bernama Muhammad Basya Dahlan, pemuda tersebut dikirim ke Kerajaan Saudi yang saat itu telah di kuasai kolonialis Inggris yang menyeponsori aliran aliran wahabi. Kemudian Muhammad Basya Dahlan yang dilatih khusus oleh Van Der Plassk, menyusup ke organisasi Muhammadiyah dengan membawa ajaran wahabi. Dana jutaan gulden dikeluarkan Belanda untuk menjadikan Muhammad Basya Dahlan menjadi orang penting di tubuh Muhammadiyah. Ia pun berhasil mengolah dan mengubah hampir semua ajaran KH Achmad Dahlan sehingga Muhammadiyah menjadi paham baru yang beraliran Islam Garis Keras.
Sang penyusup pun mencetak kader-kader yang mendukung gerakan Wahabi. Sampai akhirnya KH Achmad Dahlan dan sebagian kecil pengikutnya menyingkir dari kota Jogjakarta untuk menetap di pelosok lereng Gunung Merapi, tempat yang sangat sulit di jangkau oleh orang-orang yang mengejar beliau.
Sampai K.H. Achmad Dahlan wafat, hanya sebagian kecil pengikutnya yang sampai saat ini masih meneruskan ajaran beliau. Mereka menyebut diri sebagai "Muhammadiyah Dalam", adapun ajaran Muhammad Basya Dahlan adalah "Muhammadiyah Luar".
Aliran Muhammad Basya Dahlan inilah yang sampai saat ini berkembang ke seluruh penjuru dengan ajaran wahabinya yang memusuhi Ahlul Bait dan ajaran Mbah Sholeh Darat. Ajaran ini pula yang memusuhi umat Islam yang mengikuti KH Hasyim Asyari. Bahkan menuding kaum muslimin selain mereka telah musyrik atau kafir. Tujuan utamanya adalah memusnahkan Ahlul Bait dan Ahlus sunnah wal jamaah...
Muhammadiyah Luar ini juga memusuhi kitab-kitab Kyai Sholeh Darat seperti maulid burdah, tahlil, dan lainnya. Termasuk yang menganut paham ini justru beberapa keturunan Mbah Soleh Darat sendiri, sehingga berpuluh tahun masjid peninggalan beliau terbengkalai.
Artikel ini dibuat Gus Luqman Hakim Saktiawan, cicit KH Soleh Darat yg di edit seperlunya. Diolah dari berbagai sumber...