This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 28 Agustus 2012

SEJARAH MUHAMAMMADIYAH YANG DISEMBUNYIKAN SEJARAH


Muhammadiyah di dirikan oleh KH Achmad Dahlan pada tahun 1912. Beliau adl tokoh tareqah yang menjalankan petuah dari mbah Sholeh Darat untuk berjuang di sisi kota. Pembagian wilayah dakwah untuk me
nanggulangi gencarnya perekrutan kaum muda khususnya kalangan ningrat oleh kolonialis Belanda di dunia pendidikan. Tujuan Belanda mencetak kader-kader yang melunturkan semang
at perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.


Kemunculannya menjadi sorotan kolonialis Belanda dan sangat menghawatirkan langkah-langkah K.H. Achmad Dahlan dengan organisasinya. Sehingga beliau jadi target untuk dibunuh dengan mengirimkan beberapa pemuda pribumi. Namun karena banyaknya jamaah waktu itu, KH AHmad Dahlan sulit didekati. Maka Belanda membuat strategi baru untuk menyusup di organisasi Muhammadiyah.

Dididiklah seorang pemuda dari sumatera (Aceh) bernama Muhammad Basya Dahlan, pemuda tersebut dikirim ke Kerajaan Saudi yang saat itu telah di kuasai kolonialis Inggris yang menyeponsori aliran aliran wahabi. Kemudian Muhammad Basya Dahlan yang dilatih khusus oleh Van Der Plassk, menyusup ke organisasi Muhammadiyah dengan membawa ajaran wahabi. Dana jutaan gulden dikeluarkan Belanda untuk menjadikan Muhammad Basya Dahlan menjadi orang penting di tubuh Muhammadiyah. Ia pun berhasil mengolah dan mengubah hampir semua ajaran KH Achmad Dahlan sehingga Muhammadiyah menjadi paham baru yang beraliran Islam Garis Keras.

Sang penyusup pun mencetak kader-kader yang mendukung gerakan Wahabi. Sampai akhirnya KH Achmad Dahlan dan sebagian kecil pengikutnya menyingkir dari kota Jogjakarta untuk menetap di pelosok lereng Gunung Merapi, tempat yang sangat sulit di jangkau oleh orang-orang yang mengejar beliau.

Sampai K.H. Achmad Dahlan wafat, hanya sebagian kecil pengikutnya yang sampai saat ini masih meneruskan ajaran beliau. Mereka menyebut diri sebagai "Muhammadiyah Dalam", adapun ajaran Muhammad Basya Dahlan adalah "Muhammadiyah Luar".

Aliran Muhammad Basya Dahlan inilah yang sampai saat ini berkembang ke seluruh penjuru dengan ajaran wahabinya yang memusuhi Ahlul Bait dan ajaran Mbah Sholeh Darat. Ajaran ini pula yang memusuhi umat Islam yang mengikuti KH Hasyim Asyari. Bahkan menuding kaum muslimin selain mereka telah musyrik atau kafir. Tujuan utamanya adalah memusnahkan Ahlul Bait dan Ahlus sunnah wal jamaah...

Muhammadiyah Luar ini juga memusuhi kitab-kitab Kyai Sholeh Darat seperti maulid burdah, tahlil, dan lainnya. Termasuk yang menganut paham ini justru beberapa keturunan Mbah Soleh Darat sendiri, sehingga berpuluh tahun masjid peninggalan beliau terbengkalai.

Artikel ini dibuat Gus Luqman Hakim Saktiawan, cicit KH Soleh Darat yg di edit seperlunya. Diolah dari berbagai sumber...

Jumat, 03 Agustus 2012

Kisah Sahabat Nabi: Ubay bin Kaab, Penyeru Persatuan (1)

techang.free.fr
Kisah Sahabat Nabi: Ubay bin Kaab, Penyeru Persatuan (1)
Pada suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada salah seorang sahabatnya, “Hai Abu Munzir, Ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?”
Sahabat itu menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Nabi SAW mengulangi pertanyaan­nya, “Abu Munzir, ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?”

Ia menjawab, “Allah tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi Mahapengatur.” (QS. Al-Baqarah: 255).

Rasulullah SAW pun menepuk dadanya, dan dengan rasa bangga yang tecermin di wajahnya, beliau bersabda, “Hai Abu Munzir, selamat bagimu atas ilmu yang kau capai.”

Abu Munzir yang mendapat ucapan selamat dari Rasulullah SAW yang mulia atas ilmu dan pengertian yang dikaruniakan Allah kepadanya itu, tiada lain adalah Ubay bin Ka’ab, seorang sahabat yang mulia.

Ia adalah seorang warga Anshar dari suku Khazraj, dan ikut mengambil bagian dalam Baiat Aqabah, Perang Badar dan peperangan-peperangan penting lainnya. Ia mencapai kedudukan tinggi dan derajat mulia di kalangan Muslimin angkatan pertama, hingga Amirul Mukminin Umar RA sendiri pernah mengatakan tentang dirinya, “Ubay adalah pemimpin Kaum Muslimin.”

Ubai bin Ka’ab RA merupakan salah seorang penulis dari beberapa orang penulis wahyu dan penulis-penulis surat. Begitu pun dalam menghafal Alquranul Karim, membaca dan memahami ayat-ayatnya, ia termasuk golongan terkemuka.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Hai Ubay bin Ka’ab, aku dititahkan untuk menyampaikan Alquran padamu.” Ubay maklum bahwa Rasulullah SAW hanya menerima perintah-perintah itu dari wahyu.

Dengan harap-harap cemas ia menanyakan kepada Rasulullah Saw, ”Wahai Rasulullah, ibu-bapakku menjadi tebusan anda! Apakah kepada anda disebut namaku?”

Rasulullah SAW menjawab, “Benar! Namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi.”

Seorang Muslim yang mencapai kedudukan seperti ini di hati Nabi SAW pastilah ia seorang Muslim yang mulia. Selama tahun-tahun persahabatan, yaitu ketika Ubay bin Ka’ab RA selalu berdekatan dengan Nabi SAW, tak putus-putusnya ia mereguk dari telaganya yang dalam itu airnya yang manis.

Setelah berpulangnya Rasulullah SAW, Ubay bin Ka’ab menepati janjinya dengan tekun dan setia, baik dalam beribadah, dalam keteguhan beragama dan keluhuran budi.

Di samping itu tiada henti-hentinya ia menjadi pengawas bagi kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah SAW masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai dan budi pekerti mereka.

Kisah Sahabat Nabi: Umair bin Saad, Tokoh tak Ada Duanya (2)

Blogspot.com
Kisah Sahabat Nabi: Umair bin Saad, Tokoh tak Ada Duanya (2)
Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, Kebingungannya tidaklah berjalan lama, karena jiwa yang tulus selalu menemukan jalan keluar bagi penyelesaiannya. Keberanian Umair segera muncul. Apa pun yang terjadi ia harus berbuat.

Ia pun segera menemui Jullas seraya berkata, “Demi Allah, hai Jullas! Engkau adalah orang yang paling kucintai, dan yang paling banyak berjasa kepadaku, dan yang paling tidak kusukai akan ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan.”

“Engkau telah melontarkan ucapan, seandainya ucapan itu kusebarkan dan sumbernya daripadamu, niscaya akan menyakitkan hatimu. Tetapi seandainya kubiarkan, tentulah agamaku akan tercemar. Padahal hak agama itu lebih utama ditunaikan. Dari itu aku akan menyampaikan apa yang kudengar kepada Rasulullah!”

Demikianlah, Umair telah memenuhi keinginan hatinya yang saleh secara sempurna. Pertama, ia telah menunaikan hak majelis sesuai dengan amanat, dan dengan kebesaran jiwanya membebaskan diri dari berperan sebagai orang yang mendengarkan kata orang lalu menyampaikannya kepada orang lain.

Kedua, ia telah menunaikan hak agamanya yaitu dengan menyingkapkan sifat kemunafikan yang meragukan. Ketiga, ia telah memberi kesempatan kepada Jullas untuk kembali dari kesalahan dan memohon ampun kepada Allah atas kekeliruannya.

Ketika secara terus terang dikatakan kepada Jullas, bahwa persoalan ini akan disampaikannya kepada Rasulullah ampun, maka hati Umair akan lega karena tak perlu lagi meneruskannya kepada Rasulullah.

Tetapi, rupanya Jullas telah dipengaruhi betul oleh rasa sombong dengan dosanya itu. Tidak ada perasaan menyesal sedikit pun atau keinginan untuk bertobat. Hingga terpaksalah Umair meninggalkannya seraya berkata, “Akan kusampaikan kepada Rasulullah sebelum Tuhan menurunkan wahyu yang melibatkan diriku dengan dosamu!”

Begitu mendapat laporan dari Umair, Rasulullah mengirimkan orang mencari Jullas. Ketika dihadapkan kepada Rasulullah, Jullas mengingkari ucapannya. Bahkan, ia mengangkat sumpah palsu atas nama Allah.
Lalu, turunlah ayat Al-Qur’an yang memisahkan antara yang hak dengan yang bathil. Allah berfirman, “Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan nama Allah, bahwa mereka tidah mengatakan sesuatu (yang menyakitkan hatimu). Padahal mereka telah mengucapkan kata-kata kufur, dan mereka telah kafir sesudah Islam, serta mereka mencita-citakan sesuatu yang tak dapat mereka capai."
"Dan tak ada yang menimbulkan dendam kemarahan mereka hanyalah lantaran Allah dan Rasul-Nya telah menjadikan mereka berkecukupan disebabkan karunia-Nya. Seandainya mereka bertaubat, maka itulah yang terlebih baik bagi mereka, dan seandainya mereka berpaling, Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan ahhirat. Mereka tidak akan mempunyai pembela maupun penolong di muka bumi.” (QS. At-Taubah: 74)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More